Sambutan dari Djarum Black

Semarang adalah kuburan seni. Begitu kira-kira yang bisa disimpulkan dari anggapan para aktivis kesenian terhadap kota ini. Itu pula nampaknya yang menyebabkan Semarang sering tidak dimasukkan dalam jadwal tur-tur kesenian.

Lewat jarum film, Djarum Black berupaya untuk secara berkesinambungan menciptakan komunitas yang apresiatif. Dimulai pada bulan Mei 2002 lalu lewat format Djarum Black Selected Cinema, dicoba dipilih film-film enak tonton dengan tujuan membentuk suatu komunitas penikmat film. Komunitas ini didata dan dengan setia diberi informasi tentang film-film selanjutnya. Komunitas ini pelan-pelan diakari untuk makin bisa menilai dan menikmati lebih banyak unsure-unsur keindahan sebuah film dengan disodori pilihan film yang makin beragam, termasuk film-film diluar mainstream Hollywood. Sambutan yang muncul sangat menggembirakan. Setiap kali diselenggarakan hampir semua tempat duduk terisi.

Berdasar antusiasme tersebut kami berani menyampaikan usulan kepada Kedutaan Perancis untuk memasukkan Kota Semarang dalam jadwal Festival Film Perancis yang telah diselenggarakan pada bulan Juni ’02. Kalau akhirnya Semarang berhasil dicatat sebagai pengumpul penonton terbanyak setelah Lampung pada festival tersebut, hal ini semakin meyakinkan kami bahwa sebetulnya Kota Semarang bukanlah kuburan seni.

Fakta-fakta itulah yang mendasari kami untuk mendukung sepenuhnya penyelenggaraan Semarang International Film Festival (SIFF) 2002 yang digagas oleh Kronik Kine Klub Fak. Sastra Undip. Komunitas penggemar film di kota Semarang akan disuguhi hampir seratus judul film dari berbagai penjuru dunia. Kami berharap event ini akan menjadi pestanya penggemar film di Kota Semarang maupun kota-kota lain di sekitarnya. Semoga terlihat antusiasme yang sama pada ajang ini, sehingga kami tidak memiliki alasan untuk tidak menyelenggarakannya lagi pada tahun depan.

Djarum Black

-Handoyo Setyo-

Designed by : Hasto Suprayogo (Noodle Design 2002)